Filsafat Barat dan Filsafat Timur

Kamis, 31 Maret 2011

Filsafat Barat adalah sebutan yang digunakan untuk pemikiran-pemikiran filsafat dalam dunia Barat atau Occidental. Pada umumnya filsafat terdiri dari dua garis besar, yaitu Filsafat Barat dan Filsafat Timur. Filsafat Barat berbeda dengan Filsafat Timur atau Oriental.[1] Permulaan dari sebutan Filsafat Barat ini dari keinginan untuk mengarah kepada pemikiran atau falsafah peradaban Barat.[1] Masa awalnya dimulai dengan filsafat Yunani di Yunani Kuno.[1] Pada masa ini sebagian besar Bumi sudah dicakup, termasuk Amerika Utara dan Australia.[1] Penentuan wilayah yang menjadi bagian dalam menentukan aliran mana sebuah pemikiran atau falsafah itu lahir menimbulkan perdebatan.[1] Perdebatan terjadi untuk menentukan wilayah seperti [[Afrika Utara[[, sebagian besar Timur Tengah, Rusia, dan lainnya.[1]

Kata filsafat dalam bahasa Indonesia, filosofi dalam bahasa Inggris, berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu: philosophia (φιλοσοφία), yang secara literal bermakna, "kecintaan kepada perkataan" (philein = "mencintai" + sophia = kata mutiara, dalam arti pengetahuan). Dalam arti kontemporer, Filosofi Barat merujuk pada dua tradisi utama filsafat kontemporer: filsafat analitik dan filsafat kontinental.
          Filsafat Timur merupakan sebutan bagi pemikiran-pemikiran filosofis yang berasal dari dunia Timur atau Asia, seperti Filsafat Cina, Filsafat India, Filsafat Jepang, Filsafat Islam, Filsafat Buddhisme, dan sebagainya. Masing-masing jenis filsafat merupakan suatu sistem-sistem pemikiran yang luas dan plural.[1] Misalnya saja, filsafat India dapat terbagi menjadi filsafat Hindu dan filsafat Buddhisme, sedangkan filsafat Cina dapat terbagi menjadi Konfusianisme dan Taoisme.[2] Belum lagi, banyak terjadi pertemuan dan percampuran antara sistem filsafat yang satu dengan yang lain, misalnya Buddhisme berakar dari Hinduisme, namun kemudian menjadi lebih berpengaruh di Cina ketimbang di India.[2] Di sisi lain, filsafat Islam malah lebih banyak bertemu dengan filsafat Barat.[1] Akan tetapi, secara umum dikenal empat jenis filsafat Timur yang terkenal dengan sebutan "Empat Tradisi Besar" yaitu Hinduisme, Buddhisme, Taoisme, dan Konfusianisme.[3]
Filsafat Timur memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan filsafat Barat, yang mana ciri-ciri agama terdapat juga di dalam filsafat Timur, sehingga banyak ahli berdebat mengenai dapat atau tidaknya pemikiran Timur dikatakan sebagai filsafat.[4][2] Di dalam studi post-kolonial bahkan ditemukan bahwa filsafat Timur dianggap lebih rendah ketimbang sistem pemikiran Barat karena tidak memenuhi kriteria filsafat menurut filsafat Barat, misalnya karena dianggap memiliki unsur keagamaan atau mistik.[5] Akan tetapi, sekalipun di antara filsafat Timur dan filsafat Barat terdapat perbedaan-perbedaan, namun tidak dapat dinilai mana yang lebih baik, sebab masing-masing memiliki keunikannya sendiri.[2][6] Selain itu, keduanya diharapkan dapat saling melengkapi khazanah filsafat secara luas.[2]

Keberatan-Keberatan

Banyak ahli tidak melihat pemikiran Timur sebagai filsafat melainkan sebagai agama, karena dianggap tidak rasional, tidak sistematis dan tidak kritis.[2] Kriteria radikal (berpikir secara mendalam), sistematis, dan kritis berasal dari filsafat Barat.[2] Selain itu, pemikiran Timur seringkali diterima begitu saja oleh para penganutnya tanpa suatu kajian kritis; mereka hanya menafsirkan, berupaya memahami, dan kemudian mengamalkannya.[2] Akan tetapi, sebenarnya hal itu tidak bisa menjadi kriteria untuk menentukan pemikiran Timur digolongkan sebagai filsafat atau tidak, sebab seringkali kategorisasi 'filsafat' dan bukan 'filsafat' ditentukan oleh 'Barat' yang memaksakan kriteria-kriterianya terhadap 'Timur'.[2] Pemikiran-pemikiran Timur banyak yang memiliki kedalaman, bersifat analitis, dan kritis, bahkan melebihi pemikiran Barat, misalnya seperti Konfusius, Lao Tzu, dan Siddharta Gautama.[2]

[sunting] Pemikiran Timur memenuhi Definisi Filsafat

Definisi menurut asal kata filsafat adalah cinta kepada kebenaran.[2] Dilihat dari definisi filsafat, sebenarnya pemikiran Timur dapat dikategorikan sebagai filsafat, sejauh filsafat Timur merupakan usaha manusia untuk memperoleh kebenaran, yang didasarkan pada rasa cinta akan kebenaran itu sendiri.[2] Pengetahuan akan kebenaran selalu berkaitan dengan kebijaksanaan dan mengandung dua unsur, yakni pengetahuan akan kebaikan tertinggu dan tindakan untuk mencapai kebaikan tertinggi.[2] Pengetahuan dan tindakan haruslah hadir di dalam diri seorang yang bijaksana.[2] Kedua hal ini ada di dalam pemikiran sejumlah pemikir Timur seperti Lao Tzu, Konfusius, Siddharta Gautama, para filsuf Hindu, dan para filsuf Islam, sehingga pemikiran mereka dapat disebut filsafat Timur.[2]

[sunting] Pemikiran Timur memenuhi Kriteria Filsafat

Selain melalui definisi, filsafat Timur juga dapat memenuhi kriteria-kriteria sebuah filsafat seperti yang lazim menjadi kriteria filsafat Barat, yakni kritis, sistematis, dan radikal[2] Tentu saja ada perbedaan cara dengan yang dipahami oleh filsafat Barat.[2] Aspek kritis dapat dipenuhi bila pemikiran-pemikiran yang telah ada diolah secara kritis dan terbuka terhadap modifikasi.[2] Pengolahan dilakukan melalui dialog, diskusi, adu argumentasi, dan kesiapan untuk membuka diri terhadap pemikiran baru.[2] Aspek sistematis sebenarnya telah ada di dalam pemikiran-pemikiran Timur, dan dapat berbeda-beda antara satu pemikiran dengan pemikiran lainnya.[2] Misalnya filsafat Cina didasarkan pada konstruksi kronologis, mulai dari penciptaan alam hingga meninggalnya manusia.[2] Di sini, yang penting terdapat alur yang runut dalam setiap sistem pemikiran, ada masalah yang jelas, ada proses pengolahan informasi sebagai upaya penyelesaian masalah, dan ada solusi bagi masalah tersebut.[2] Mengenai sifat radikal dalam arti mendalami obyeknya, hal itu juga telah lama berakar pada pemikiran Timur.[2] Siddharta Gautama, misalnya, mencoba menggali hakikat hidup sampai sedalam-dalamnya, melakukan pembaruan terhadap sistem India yang sudah ada, dan membentuk sistem baru yang dikenal sebagai Buddhisme.[2]

[sunting] Perbedaan dengan Filsafat Barat

Filsafat Barat dan Filsafat Timur tampak amat berbeda sebab berkembang di dalam budaya yang amat berbeda, dan sepanjang sejarah tidak terlalu banyak pertemuan di antara keduanya, kecuali di dalam filsafat Islam.[1] Meskipun demikian, bukan berarti tidak ada persamaan di antara keduanya.[1]

[sunting] Pengetahuan

Filsafat Barat sejak masa Yunani telah menekankan akal budi dan pemikiran yang rasional sebagai pusat kodrat manusia.[6] Filsafat Timur lebih menekankan hati daripada akal budi, sebab hati dipahami sebagai instrumen yang mempersatukan akal budi dan intuisi, serta intelegensi dan perasaan.[6] Tujuan utama berfilsafat adalah menjadi bijaksana dan menghayati kehidupan, dan untuk itu pengetahuan harus disertai dengan moralitas.[6]

[sunting] Sikap Terhadap Alam

Filsafat Barat menjadikan manusia sebagai subyek dan alam sebagai obyek sehingga menghasilkan eksploitasi berlebihan atas alam.[6] Sementara itu, filsafat Timur menjadikan harmoni antara manusia dengan alam sebagai kunci.[6] Manusia berasal alam namun sekaligus menyadari keunikannya di tengah alam.[6]

[sunting] Cita-cita Hidup

Jikalau filsafat Barat menganggap mengisi hidup dengan bekerja dan bersikap aktif sebagai kebaikan tertinggi, cita-cita filsafat Timur adalah harmoni, ketenangan, dan kedamaian hati.[6] Kehidupan hendaknya dijalani dengan sederhana, tenang, dan menyelaraskan diri dengan lingkungan.[6]

[sunting] Status Manusia

Filsafat Barat amat menekankan status manusia sebagai individu dengan segala kebebasan yang ia miliki, dan masyarakat tidak bisa menghilangkan status seorang manusia dengan kebebasannya.[6] Filsafat Timur menekankan martabat manusia tetapi dengan penekanan yang berbeda, sehingga manusia ada bukan untuk dirinya melainkan ada di dalam solidaritas dengan sesamanya.[6]

1 komentar:

Posting Komentar